Hipotermia adalah kondisi di mana suhu tubuh menurun setidaknya 2 derajat Celsius atau lebih dari suhu normal (36–37°C), yang dapat mengganggu fungsi organ vital.

Penyebab Hipotermia

Hipotermia terjadi ketika pelepasan panas tubuh melebihi produksi dan retensi panas. Mekanisme pelepasan panas meliputi:​

  • Konduksi: Pelepasan panas melalui kontak langsung dengan benda dingin, misalnya saat duduk di tanah yang dingin.

  • Radiasi: Pelepasan panas ke lingkungan, dipengaruhi oleh luas permukaan tubuh yang terekspos dan perbedaan suhu dengan lingkungan.

  • Konveksi: Transfer panas melalui aliran udara atau air; angin kencang di puncak gunung dapat mempercepat kehilangan panas tubuh.

  • Evaporasi: Pelepasan panas melalui penguapan air, seperti saat berkeringat.

Mekanisme Tubuh Menghadapi Hipotermia

Saat terpapar suhu dingin, hipotalamus di otak merespons dengan meningkatkan metabolisme untuk menjaga suhu tubuh. Reaksi yang tampak adalah menggigil, yang dapat meningkatkan produksi panas tubuh hingga 2–5 kali lipat dari kondisi normal. Selain itu, pembuluh darah di jaringan tepi mengalami vasokonstriksi (penyempitan) untuk memusatkan aliran darah ke organ vital seperti paru-paru, jantung, dan otak.

Jika kondisi dingin berlanjut tanpa penanganan, tubuh akan kehabisan energi untuk menggigil. Otot pembuluh darah di perifer akan melemah dan mengalami vasodilatasi (pelebaran), menyebabkan aliran darah kembali ke perifer. Ini dapat menimbulkan sensasi panas palsu yang membuat penderita melepas pakaian, dikenal sebagai Paradoxical Undressing. Fenomena ini sering diikuti oleh Terminal Burrowing, di mana penderita mencari tempat sempit untuk meringkuk sebagai insting primitif untuk bersembunyi.

Hipotermia: Penyebab, Mekanisme, dan Cara Pencegahannya

Kelompok Rentan Terhadap Hipotermia

Beberapa kelompok lebih rentan terhadap hipotermia, termasuk anak-anak, lansia, dan individu dengan gangguan fungsi kognitif seperti demensia atau keterbelakangan mental. Anak-anak mungkin belum memahami bahaya dan cara melindungi diri, sementara lansia memiliki laju metabolisme yang lebih rendah, sehingga lebih sulit menghasilkan panas. Kurangnya kemampuan berpikir juga dapat menyebabkan seseorang tidak melakukan tindakan pencegahan atau terlambat mencari pertolongan.

Prinsip Dasar Penanganan Hipotermia

Hipotermia dapat dicegah dengan persiapan dan pengetahuan yang memadai. Hipotermia ringan umumnya dapat diatasi di lapangan, sedangkan hipotermia sedang dan berat memerlukan penanganan medis segera. Pada kasus hipotermia berat, tanda vital mungkin sulit dideteksi, sehingga dikenal istilah “Nobody is dead until warm and dead”, yang menekankan pentingnya upaya penyelamatan hingga suhu tubuh kembali normal untuk memastikan kondisi penderita.

Hipotermia: Penyebab, Mekanisme, dan Cara Pencegahannya

1. Hipotermia Ringan (Suhu tubuh: 32–35°C)

Gejala:

  • Menggigil
  • Kulit pucat dan dingin
  • Kebingungan ringan
  • Bicara mulai melambat
  • Gerakan menjadi kaku

Cara Mengatasinya:

  • Segera cari tempat yang lebih hangat
  • Ganti pakaian basah dengan pakaian kering
  • Gunakan selimut atau pakaian berlapis untuk mempertahankan suhu tubuh
  • Konsumsi makanan atau minuman hangat yang mengandung gula (bukan alkohol atau kafein)
  • Lakukan aktivitas fisik ringan untuk meningkatkan suhu tubuh

2. Hipotermia Sedang (Suhu tubuh: 28–32°C)

Gejala:

  • Menggigil semakin hebat atau justru berhenti (pertanda bahaya)
  • Kesulitan berbicara dan berpikir jernih
  • Koordinasi tubuh buruk, sulit berjalan
  • Detak jantung dan pernapasan mulai melambat
  • Kebingungan meningkat, mungkin mulai mengantuk

Cara Mengatasinya:

  • Segera bawa ke tempat yang lebih hangat
  • Gunakan metode pemanasan eksternal seperti kantung air hangat di dada dan leher (hindari langsung pada tangan dan kaki karena bisa menyebabkan syok)
  • Jika masih sadar, berikan minuman manis hangat
  • Jangan biarkan korban bergerak terlalu banyak untuk menghindari aritmia jantung
  • Segera cari bantuan medis

3. Hipotermia Berat (Suhu tubuh: <28°C)

Gejala:

  • Tidak lagi menggigil
  • Kulit sangat pucat atau kebiruan
  • Napas dan denyut nadi sangat lemah atau hampir tidak terdeteksi
  • Kesadaran menurun hingga tidak sadar
  • Mungkin mengalami Paradoxical Undressing (melepas pakaian karena sensasi panas palsu)
  • Bisa mengalami Terminal Burrowing (bersembunyi dan meringkuk)

Cara Mengatasinya:

  • Segera hubungi tim medis, ini adalah kondisi darurat
  • Jangan mencoba menghangatkan dengan air panas atau sumber panas langsung, bisa menyebabkan aritmia jantung
  • Bungkus korban dengan selimut tebal atau kantung tidur
  • Jika napas atau denyut nadi berhenti, lakukan CPR (resusitasi jantung paru) jika terlatih
  • Jangan memberikan makanan atau minuman jika korban tidak sadar

Pencegahan Hipotermia

Beberapa langkah pencegahan hipotermia meliputi:

  • Pemilihan Pakaian yang Tepat: Menggunakan pakaian dengan insulasi baik untuk memerangkap panas tubuh.

  • Asupan Makanan yang Cukup: Membawa perbekalan makanan yang cukup untuk menghasilkan energi dan panas tubuh selama pendakian.

Dengan memahami penyebab, mekanisme, dan cara mencegah hipotermia, kita dapat mempersiapkan diri lebih baik saat beraktivitas di alam bebas, terutama di lingkungan bersuhu dingin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *