ilmupengetahuanalam.com – Candi Ratu Boko merupakan salah satu situs bersejarah yang menyimpan daya tarik tersendiri. Terletak di perbukitan indah di selatan Candi Prambanan, kompleks ini menyuguhkan pemandangan memukau sekaligus nuansa magis yang penuh misteri.
Keindahan arsitektur kuno, kisah legenda, serta percampuran budaya menjadikannya destinasi wisata sejarah yang tidak boleh dilewatkan. Setiap sudutnya menyimpan cerita, mulai dari bangunan megah hingga mitos yang mengelilinginya.
Lokasi dan Latar Belakang Sejarah
Dikutip dari laman resminya, Candi Ratu Boko terletak sekitar 3 km di selatan Prambanan, tepatnya di atas bukit dengan ketinggian sekitar 195,97 mdpl. Meski sering disebut “candi”, sebenarnya situs ini adalah sisa-sisa sebuah istana yang dikenal dengan nama Kraton Ratu Boko.
Menurut legenda, tempat ini dulunya merupakan istana milik Ratu Boko, ayah dari Lara Jonggrang. Istana tersebut diperkirakan dibangun pada abad ke-8 M oleh Dinasti Syailendra yang beragama Buddha, sebelum akhirnya dikuasai oleh raja-raja Hindu Mataram.
Prasasti Abhayagiriwihara
Sejarah Ratu Boko semakin jelas dengan ditemukannya Prasasti Abhayagiriwihara yang berasal dari tahun 792 M. Prasasti tersebut menunjukkan bahwa situs ini dibangun oleh Rakai Panangkaran, seorang raja Dinasti Syailendra.
Nama Rakai Panangkaran atau Tejapurnama Panangkarana tercatat dalam prasasti tersebut. Ia memerintahkan pembangunan sebuah biara bernama Abhayagiriwihara, yang berarti “biara di atas bukit kedamaian”.
Pada masa pemerintahan Rakai Walaing Pu Kombayoni (898–908 M), Abhayagiriwihara berganti nama menjadi Kraton Walaing. Pergantian ini mencerminkan perubahan pengaruh dari Buddha ke Hindu di kawasan tersebut. Hal ini membuat Ratu Boko menjadi simbol percampuran budaya dan agama yang kaya.
Fungsi Candi Ratu Boko
Mengacu pada buku Candi dan Lingkungan Abad IX-X Masehi di Wilayah Jawa Bagian Tengah karya Niken Wirasanti, Situs Ratu Boko sering diinterpretasikan sebagai keraton atau tempat hunian bangsawan.
Temuan artefak berupa struktur kayu, gerabah, hingga gapura menunjukkan adanya aktivitas sehari-hari di lokasi ini. Pada awalnya, kompleks ini berfungsi sebagai wihara Buddha (Abhayagiri) pada tahun 792 M, sebelum kemudian digunakan sebagai hunian Rakai Walaing Pu Kumbayoni, seorang penguasa beragama Hindu, pada tahun 856 M.
Meskipun difungsikan sebagai tempat tinggal, Ratu Boko tidak pernah dikenal sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno.
Harga Tiket Masuk Candi Ratu Boko
1. Wisatawan Domestik
-
Usia 10 tahun ke atas: Rp40.000
-
Usia 3–10 tahun: Rp20.000
-
Premi asuransi: Rp500 per orang
Tarif Khusus Rombongan Pelajar/Mahasiswa (min. 20 orang):
-
Rp20.000 per orang (sudah termasuk asuransi Rp500)
2. Wisatawan Mancanegara
-
Usia di atas 10 tahun: USD 25
-
Usia 3–10 tahun: USD 15
-
Premi asuransi: Rp1.000
Paket Terusan:
-
Ratu Boko – Prambanan
-
Usia di atas 10 tahun: USD 45
-
Usia 3–10 tahun: USD 27
-
-
Ratu Boko – Borobudur
-
Usia di atas 10 tahun: USD 45
-
Usia 3–10 tahun: USD 27
-
Daya Tarik Wisata Candi Ratu Boko
Selain nilai sejarahnya, Candi Ratu Boko juga populer karena menawarkan:
-
Pemandangan sunset terbaik di Yogyakarta.
-
Spot foto ikonik dengan latar gapura utama.
-
Suasana mistis yang kental dengan legenda Ratu Boko dan Lara Jonggrang.
-
Warisan budaya bercampur antara Buddha dan Hindu yang jarang ditemui.