ilmupengetahuanalam.comPantai Ombak Mati  menjadi destinasi wisata yang masih alami dan belum terlalu ramai dikunjungi. Sesuai namanya, pantai ini memiliki karakteristik ombak yang sangat tenang, nyaris tanpa gelombang besar, menciptakan suasana damai seperti danau. Dengan garis pantai berpasir putih, barisan pohon ketapang yang rindang, dan udara yang bersih, tempat ini cocok untuk melepas penat dari hiruk-pikuk kota. Keindahan alamnya yang asri dan kesederhanaan suasana membuat siapa pun betah berlama-lama di sini.

Menyusuri Pantai, Menikmati Keindahan dan Keteduhan

Sambil menunggu pesanan, kami berjalan-jalan menyusuri pantai yang berpasir putih sepanjang dua kilometer. Barisan pohon ketapang memberi keteduhan dari panasnya matahari. Di sepanjang pantai, tersedia ayunan dan spot-spot foto yang menarik untuk berswafoto.

Dari kejauhan, tampak PLTU Tanjung Jati B berdiri megah. Dua pipa raksasa mengepulkan asap tanpa henti, menciptakan kontras unik dengan keindahan alam sekitar.

Makam Mbah Suto: Jejak Sejarah di Tepi Pantai

Kami pun melanjutkan perjalanan hingga menemukan sebuah lokasi yang diyakini sebagai makam keramat Mbah Suto, seorang ulama penyebar agama Islam di Desa Bondo. Tempat ini menjadi saksi sejarah sekaligus destinasi spiritual yang dihormati masyarakat setempat.

Saat yang Dinanti: Menyantap Hidangan Laut Segar

Tak lama kemudian, pesanan kami siap. Tanpa basa-basi, kami langsung menyantap ikan bakar dan goreng yang telah disajikan. Rasanya benar-benar menggugah selera, ditambah sambal dan lalapan yang menyegarkan. Semua habis tak bersisa.

Air Tenang Nan Jernih: Surga Kecil untuk Berenang

Tepat pukul 16.00 WIB, pantai mulai ramai oleh wisatawan. Anak-anak bermain air, beberapa berenang hingga ke tengah, baik dengan ban maupun tanpa pelampung. Seperti namanya, Pantai Ombak Mati memiliki air laut yang sangat tenang, menyerupai danau. Mitos setempat menyebutkan bahwa airnya memiliki khasiat menyembuhkan berbagai penyakit.

Kami pun ikut berendam. Air lautnya sangat jernih dan dangkal, bahkan kami masih bisa berjalan jauh ke tengah pantai. Beberapa biota laut kecil tampak berenang di sela-sela kaki kami.

Bertemu Nelayan dan Cerita Tentang Laut yang Kaya

Setelah puas berendam, kami melihat seorang nelayan membawa hasil tangkapan. Kami menghampiri dan berbincang. Ia memperkenalkan diri sebagai Pak Giri, dan mengatakan bahwa hari itu ia tidak melaut. Hasil tangkapan seperti cumi-cumi besar ia dapatkan hanya dari tepi laut, sebagian untuk konsumsi keluarga dan sebagian lagi dibagikan ke tetangga. Sungguh bentuk kebersamaan yang hangat.

Senja yang Menawan, Harga yang Bersahabat

Menjelang matahari terbenam, kami membersihkan diri dan menyaksikan senja yang begitu cantik. Sinar jingga menyapu permukaan laut, memantul di perahu-perahu yang mulai berlayar. Sungguh pemandangan yang mengharukan.

Kami kembali ke warung untuk membayar pesanan. Total yang kami bayarkan sangat terjangkau, sekitar Rp275.000 untuk seluruh makanan, termasuk biaya toilet dan parkir. Tidak ada tiket masuk karena pantai ini masih dikelola secara swadaya oleh masyarakat sekitar.

Pulang dengan Hati yang Penuh

Kami meninggalkan Pantai Ombak Mati dengan hati bahagia. Bukan hanya karena keindahan pantainya, tetapi juga karena keramahan masyarakat dan pengalaman yang sangat bersahaja. Pantai ini bukan hanya tempat wisata, tetapi juga tempat yang menyimpan banyak cerita dan kehangatan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *